Budaya Madura: Stereotip Gila dan Etos Kerja

Budaya Orang Madura

Saya bertemu dengan salah seorang yang bukan orang Madura, lebih dari sekitar setengah jam saya berbicara dengannya, yang kemudian berakhir dengan pertanyaan kepadaku seputar orang Madura. Entah sudah ada berapa celaan tak sengaja yang saya dengar darinya, mulai dari, sampai pada tempat tinggal orang Madura yang membuat telinga saya panas.

Kadang ia juga mengatakan kalau orang Madura memiliki sifat kejam, beringas dan bengis, itu semua mereka lihat dari kebiasaan ataupun orang Madura. Seperti halnya carok dan lain sebagainya. Namun, hal yang paling menyebalkan saya dengar adalah ketika dia mengatakan kalau carok merupakan  leluhur orang Madura yang tidak manusiawi.

Mendengar semua itu, perasaanku dilema, karena sangat sulit diakui bahwa semua itu cukup mendekati kebenaran. Namun, karena saya sendiri adalah orang Madura, maka saya meluruskan sedikit sangkaan negatif orang tersebut ke arah yang lebih sedikit terhormat. Mari kita sedikit berbicara masalah  Madura.

Stereotip Gila

Carok, perlu diakui sebagai orang Madura sendiri, bahwa carok merupakan  leluhur kita yang sudah sekiranya tidak perlu untuk kita pertahankan keberadaannya. Satu sisi, carok merupakan  yang secara eksplisit menggambarkan ciri khas orang Madura sekaligus menjadi sarana dan landasan yang manjadikan orang Madura terasing atau lebih tepatnya ditakuti oleh orang di luar Madura. Namun di sisi lain, caroklah salah satu  yang merusak citra agamais dan budi luhur orang Madura.

Bagi orang luar Madura, orang Madura secara mayoritas memiliki watak yang keras dan beringas, sehingga tidak salah kemudian jika keberadaan mereka ditakuti sebagai pemangsa, bukan disegani.

Dari fenomena tersebut di atas, muncul kemudian stereotip memalukan terhadap orang Madura yang mengatakan kalau orang Madura adalah orang yang kejam.

Sebagai orang Madura, saya yakin bahwa jika Anda mendengar perkataan itu, Anda akan mengangkat dada dan mengepalkan kedua tangan, dan tidak bisa dipungkiri bahwa stereotip itu berlaku universal terhadap semua orang Madura,  dan lain semacamnya.

Padahal, sejatinya, meskipun carok masih sedikit dibudidayakan dan dilestarikan oleh orang Madura, tidak lantas kemudian mereka mengatakan kalau orang Madura memiliki sifat kejam, tak beradab dan biadab.

Etos Kerja

Orang Madura merupakan salah satu yang memiliki etos kerja tangguh selain orang orang di benua Eropa dan Australia. Dalam hal mencari nafkah, mereka tidak sedikit pun takut apalagi malu, malu bagi mereka diibaratkan sebagai ”tai kucing” yang tidak pantas untuk disimpan.

Meninggalkan istri selama bertahun-tahun lamanya tidak membuat semangat orang Madura luntur. Bahkan, mereka rela mengorbankan jiwa raga demi memberi nafkah yang halal bagi keluarga. Semua itu bisa dibuktikan dengan melihat betapa banyak orang Madura yang migrasi dan bahkan imigrasi keluar kota hanya demi menghidupi keluarga.

Selain itu, masih banyak orang Madura yang menjadikan nelayan sebagai satu-satunya mata pencaharian mereka, mencari ikan di tengah laut dalam siang maupun malam, tidak gentar biarpun ada badai menghantam, berselimut angin dan berbantal ombak, tidak sedikit pun mengurangi rasa optimistis orang Madura untuk terus bertahan hidup, bahkan ada yang sampai berhari hari berada di tengah laut tanpa membawa seekor ikan pun ke rumah. Semuanya dilakukan setiap hari dengan penuh ketabahan. Itulah semangat kerja orang Madura dalam mencari nafkah. Mereka hanya akan makan jika semua itu terjamin halal, tidak seperti orang-orang kota yang menjunjung tinggi kekenyangan bukan kebenaran.

Sementara bagi perempuan Madura, mereka tidak hanya duduk santai di rumah menunggu suami datang kerja, melainkan mereka juga membanting tulang dan memeras keringat kuning dengan menjadi seorang petani. Berjemur di bawah terik matahari, yang semua itu dilakukannya setiap hari tanpa sedikit pun mengeluh, dan bisa dipastikan bahwa semua itu hanya akan didapatkan di Madura, akan sangat jarang bahkan tidak akan ada sama sekali di luar Madura.

Berangkat dari kesadaran inilah, saya ingin menegaskan bahwa stereotip yang mengatakan kalau orang Madura kejam dengan hanya melihat kepada satu budaya, yaitu carok, tidaklah benar dan dapat dipertanggungjawabkan, karena sejatinya orang Madura memiliki hati yang lembut dan bersih. Mereka tidak akan pernah menjadi musuh jika tidak dimusuhi, dan tidak akan pernah takut kepada musuh.

Berani, bukanlah watak yang menggambarkan kekejaman, kebengisan bahkan keberingasan orang Madura, melainkan sebuah pertahanan orang Madura yang sangat jarang ditemukan di luar jiwa orang Madura. Untuk itulah, setelah kita tahu yang sebenarnya tentang jiwa berani orang Madura, masihkah akan ada yang mengatakan kalau orang Madura memiliki watak yang bengis dan beringas? Salam Madura!

Penulis : Rofiqi Apri Alumni PP.A Lubangsa (Publikasi Radar Madura)

 

Budaya Madura: Stereotip Gila dan Etos Kerja

You May Also Like

About the Author: Arudam

Sekedar menulis catatan kecil tentang Madura

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *